Dapat Serangan Bom Dari Israel, Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza Tewas Satu Keluarga
Headline News
JAKARTA, PINTASSATU.com – Direktur RS Indonesia di…
TANJUNGPINANG, PINTASSATU.com – Ada yang berbeda di Bandara Raja Haji Fisabilillah, Selasa (2/7/2025) siang itu.
Seorang pemuda melangkah pelan namun pasti di antara para penumpang yang baru tiba.
Di matanya tersimpan kerinduan panjang, dan di balik kaca ruang kedatangan, sepasang mata penuh harap menantinya—sang ibu yang berdiri dengan getar di dada, menanti buah hati yang telah lama pergi menuntut ilmu.
Muhammad Taqi Askari, 19 tahun, akhirnya kembali ke tanah kelahirannya, Tanjungpinang, setelah lima bulan merantau ke Iran untuk mendalami studi bahasa di ibu kota Tehran.
Kedatangannya yang semula dijadwalkan pukul 11.30 WIB sempat tertunda karena cuaca buruk, namun waktu tak mampu mengurangi hangatnya perjumpaan yang sarat emosi itu.
Begitu bertemu, tak banyak kata yang terucap. Pelukan hangat sang ibu menjadi jawaban dari semua jarak dan rindu yang selama ini membentang.
“Alhamdulillah, akhirnya bisa pulang ke rumah. Rindu ini sudah tak tertahan lagi,” ucap Askari lirih, senyumnya merekah meski lelah masih terasa.
Dalam perbincangan hangatnya, Askari mengisahkan suasana di Iran yang sempat diselimuti ketegangan akibat konflik dengan Israel.
Meski berita-berita di media internasional menggambarkan situasi genting, ia memastikan bahwa wilayah tempat tinggal dan kampusnya relatif aman.
“Saya memang beberapa kali melihat rudal melintas di langit, dan sebagian warga memilih mengungsi ke Qom atau Mashhad. Tapi syukurlah, kampus saya tetap kondusif,” tuturnya tenang.
Askari adalah mahasiswa di Shahid Beheshti University, sebuah kampus ternama di Tehran. Ia memilih Iran bukan tanpa alasan—ketertarikannya pada bidang kimia dan teknologi nuklir menjadi magnet kuat yang menariknya jauh dari Tanjungpinang.
“Sejak masih di pesantren, saya sudah jatuh cinta dengan ilmu kimia. Iran punya kemajuan yang luar biasa di bidang itu, dan saya ingin belajar langsung dari sumbernya,” ujarnya.
Kini, meski kembali ke rumah, langkah belajarnya tidak berhenti. Perkuliahan masih ia jalani secara daring, bermodalkan penguasaan bahasa Arab yang telah diasah sejak lama.
“Sementara ini ikut kuliah dari rumah dulu. Tapi kalau keadaan sudah stabil, saya ingin kembali ke sana untuk menyelesaikan studi,” tambahnya dengan semangat.
Yendri, sang ayah, yang mendampingi Askari di bandara, tak kuasa menyembunyikan rasa syukurnya.
Ia mengaku sempat diliputi kekhawatiran saat mendengar kabar konflik di Iran, namun komunikasi rutin dari anaknya menjadi penenang hati.
“Dia sering memberi kabar, jadi kami di sini merasa sedikit lega. Pemerintah juga sangat membantu proses pemulangannya. Terima kasih untuk semua pihak, terutama dari KBRI Iran dan Azerbaijan,” ucap Yendri.
Ia pun menyatakan dukungannya jika kelak sang anak kembali menempuh studi di negeri para Mullah.
“Kalau situasi sudah benar-benar aman, saya izinkan dia kembali. Menuntut ilmu itu tidak bisa dibatasi oleh jarak,” katanya mantap.
Askari menambahkan, sejauh pengetahuannya, ia satu-satunya mahasiswa asal Indonesia di kampus tersebut.
Di tengah keterasingan budaya dan bahasa, semangat belajarnya tetap berkobar.
Kini, meski kembali menghirup udara kampung halaman, pikirannya tetap terbang tinggi bersama impian. Kepulangannya kali ini bukanlah akhir, melainkan jeda dalam perjalanan panjang menjemput masa depan.
Di balik wajahnya yang muda, tersimpan tekad besar untuk membawa ilmu pulang, demi tanah air yang dicintainya.
I PS. W. 00350
Posted in Indeks Berita, Nasional
JAKARTA, PINTASSATU.com – Direktur RS Indonesia di…
JAKARTA I Pintassatu.Com I – Rabu 7 Mei…
JAKARTA, PINTASSATU.com – Menteri Perdagangan periode 2015–2016…
BANDA ACEH – Minyak nilam asal Aceh…
SUMBAWA BARAT I Pintassatu.Com I — Mulai…
BOGOR I Pintassatu.Com I – Tepat pukul…
JAKARTA I Pintassatu.com I – Sepanjang Januari…
KABUPATEN BOGOR I Pintassatu.Com I – Bulan pemutihan…
DEPOK, PINTASSATU.com I – Rupanya program pemutihan…
KOTA DEPOK I Pintassatu.com l – Kapolres…