Pemkab Dompu Resmi Laporkan Mahasiswa Ke Polisi
Bali Nusra
NTB I Pintassatu.Com I DOMPU – koalisi mahasiswa…
ACEH UTARA I Pintassatu.com I – Di Desa Alue Bili Rayek, Kecamatan Baktiya, Kabupaten Aceh Utara, pagi yang biasa itu berubah menjadi duka. Sebuah rumah kayu yang sederhana, yang biasa menjadi tempat tawa dan canda, hangus dilahap api. Dan dari kepulan asap itulah, kisah tragis seorang bocah berusia enam tahun berakhir sunyi.
Namanya Muhammad Ishak. Tubuh mungilnya kini tak lagi dapat berlari menyambut ayahnya yang pulang membawa jajanan. Tak sempat ia memeluk ibunya yang kala itu berada di rumah orang tua. Tak ada perpisahan, tak ada pesan terakhir—hanya jejak-jejak hangus dan air mata yang tertinggal.
Siang itu, Kamis (29/5/2025), sekitar pukul 11.30 WIB, api tiba-tiba membesar, membakar habis rumah papan milik keluarga Mansur dan Aminan. Saat itu, Mansur, sang ayah, sedang membeli jajanan untuk anaknya di warung yang tak seberapa jauh. Ibu sang anak, Aminan, sedang menjenguk orang tua di rumah lain.
Kepulangan Mansur membawa kabar buruk bukan kue di tangan, melainkan berita paling memilukan bagi seorang ayah, rumahnya telah menjadi abu, dan anaknya tak dapat diselamatkan.
“Waktu saya sampai, rumah sudah rata dengan tanah,” kisah Mansur lirih, menahan isak. “Ishak… anak saya satu-satunya, dia ada di dalam.”
Ironi menyayat terasa begitu kental. Saat api melahap rumah Muhammad Ishak, sebagian warga desa tengah larut dalam riuh pesta pernikahan. Kepala Desa Alue Bili Rayek, Armanto, pun mengaku tak tahu pasti awal mula kejadian.
“Saya tidak tahu kronologinya. Begitu pulang dari pesta, rumah sudah ludes terbakar. Ini kami sedang prosesi pemakaman,” ucapnya saat dihubungi melalui telepon. Suaranya terdengar berat, seakan menahan tangis yang tak ingin tumpah.
Dalam kepanikan, warga berusaha memadamkan api dengan ember dan alat seadanya. Namun apa daya, api terlalu cepat menyebar. Bangunan dari papan itu tak mampu bertahan dari amukan si jago merah.
Kapolres Aceh Utara, AKBP Nanang Indra Bakti, menyampaikan bahwa pihaknya sudah menurunkan tim identifikasi ke lokasi.
Dugaan awal, kebakaran dipicu oleh korsleting listrik. Kerugian material diperkirakan mencapai Rp 100 juta. Namun, tak ada nilai yang bisa menggantikan kehilangan seorang anak.
“Api begitu cepat membesar. Anak korban di dalam rumah tidak bisa diselamatkan warga,” katanya.
Yang membuat luka semakin dalam, jarak rumah korban dengan pos pemadam kebakaran hanya sekitar 250 meter.
Namun, saat api menyala, tak ada petugas yang datang tepat waktu. Kepala BPBD Aceh Utara, Asnawi, mengaku petugas pemadam sedang keluar makan siang.
“Saya sudah cek, mereka makan di Panton. Selesai makan, sempat minum kopi juga. Jadi, ya agak jauh ke lokasi,” ungkapnya tanpa banyak pembelaan.
Ia menyebut hanya dua orang yang berjaga di pos saat itu. Saat petugas tiba, semuanya telah terlambat.
“Saya minta maaf atas kejadian ini. Evaluasi sistem kerja dan rotasi petugas akan segera kami lakukan.” Tegasnya.
Di bawah langit yang mendung, tubuh kecil Muhammad Ishak dibaringkan di liang lahat. Tanah yang digali dengan tangan bergetar menerima jasad yang bahkan belum sempat mengeja seluruh abjad.
Tangis pecah di antara doa-doa. Ibunya terduduk lemas, sementara sang ayah hanya mampu menatap kosong ke arah nisan.
Duka ini bukan sekadar kehilangan. Ia adalah tamparan bagi semua pihak—bahwa kesiapsiagaan bukan sekadar prosedur, melainkan soal nyawa manusia.
Muhammad Ishak, kau pergi terlalu cepat. Tapi tangismu yang tak terdengar itu kini menggema ke seluruh penjuru desa. Dan semoga dari kisahmu, akan tumbuh kesadaran, bahwa nyawa tak boleh lagi menunggu di antara sendok nasi dan cangkir kopi. II PS. W. 005725
Posted in Daerah, Indeks Berita
NTB I Pintassatu.Com I DOMPU – koalisi mahasiswa…
SUMBAWA BARAT I Pintassatu.Com I — Mulai…
TANGERANG, PINTASSATU.com – Beredar video yang menunjukkan…
JAKARTA, PINTASSATU.com – Penyidik Direktorat Reserse Cyber,…
KABUPATEN BOGOR I Pintassatu.com l – Menyambut hari…
JAKARTA I Pintassatu.Com I — Untuk membangun…